BLOGGER TEMPLATES AND Google Homepages »

Minggu, 20 Juni 2010

Di Pintu Gerbang Sebuah Kuil

Aku menyucikan bibirku dengan api suci dan berbicara tentang cinta,
tetapi ketika kubuka mulutku untuk berbicara, aku menjadi terbisu.


Kunyanyikan melodi tentang Cinta yang belum kuketahui sebelumnya,
tetapi ketika aku mengetahuinya, kata-kata menjadi bisikan bisu dalam mulutku,
nyanyian-nyanyian di dalam dadaku menjadi kesunyian yang mendalam

Ketika Cinta menyelimutiku jiwaku dengan jubahnya,
kini giliranku bertanya kepadamu tentang kesucian dan kebiasaan Cinta itu.

Adakah diantara kalian yang dapat menjelaskan hatiku kepada hatiku sendiri,
menjelaskan keberadaan kepada keberadaanku itu sendiri?

Tidakkah engkau akan menjelaskan kepadaku bara api apakah yang membakar dadaku?
Ini sungguh menghabiskan seluruh perasaan dan hasratku.

Tangan-tangan tak tampak apakah ini, yang lembut namun kasar,
yang mengikat rohku pada saat-saat aku kesepian dan dalam kesendirianku?
Ke dalam hatiku mereka mencurahkan anggur yang dicampur oleh getirnya kebahagiaan dan manisnya penderitaan.

Sayap-sayap apakah ini yang berputar dari tempatku dalam kesunyian malam seperti aku memandang dengan sadar apa yang tidak kuketahui,
mendengar apa yang tidak kudengar,
melihat apa yang tidak kulihat,
memikirkan apa yang tidak aku pahami,
menghela nafas karena helaan nafas adalah keluhan-keluhan yang lebih indah bagiku daripada gema tawa dan kebahagiaan,
menyerahkan kepada kekuatan yang tak terlihat membunuhku, kemudian memberiku kehidupan, kemudian membunuhku lagi dan lagi sampai pagi hari datang dan cahaya mengisi sudut-sudut ruangan.

Kemudian aku tertidur. Namun di balik kelopak mataku bangunan kesadaran menari-nari dan pada selimutku yang membatu, kesadaran itu menggoncangkan mimpi-mimpi buruk.

1 komentar: